Garut – “Cikajang adalah sepak bola. Untuk saya sendiri, makna Cikajang itu sangat berarti sekali,” kalimat tersebut yang pertama kali diungkap Yandi Sofyan Munawar, penyerang Persikabo 1973, saat berbincang dengan detikJabar belum lama itu.
Setidaknya dalam 15 tahun terakhir, Yandi Sofyan terus berjuang menekuni profesi yang sangat dia cintai, yaitu sepak bola. Setelah menimba ilmu sepak bola di tanah kelahirannya, Cikajang, Yandi memulai peruntungan dengan memperkuat tim junior Persigar Garut dan Persib Bandung.
Yandi adalah seorang pemuda yang lahir di Cikajang. Sebuah kecamatan yang berada di selatan Kabupaten Garut. Pria yang menikahi pemain Timnas Voli wanita Indonesia, Pungky Afriecia itu, hingga kini masih mantap bermain bola.
Bakatnya dalam bermain sepak bola, mulai terdengar ke seantero negeri, kala dia terpilih menjadi bagian dari tim Sociedad Anonima Deportiva (SAD). Tim yang terdiri dari sekelompok pesepakbola muda terbaik asal Indonesia, yang diberangkatkan pemerintah untuk mengikuti kompetisi di Liga Uruguay tahun 2008.
Dari situ, Yandi sempat menjelajah berbagai negara. Mulai dari bermain untuk CS Vise, klub asal Belgia yang dimiliki keluarga Bakrie pada tahun 2011, hingga melancong ke Australia untuk bermain bersama tim muda Brisbane Roar.
Meskipun karirnya sempat meredup, usai membela Arema, Persib Bandung dan Bali United, Yandi Sofyan kini kembali menunjukan taringnya. Yandi kini menjadi penyerang andalan, bagi klub Liga 1 Persikabo 1973.
Kakak dari Yandi Sofyan, Zaenal Arief lebih hebat lagi. Siapa yang tak mengenal Zaenal Arief. Para pecinta si kulit bundar tanah air, setidaknya di Jawa Barat, tak asing dengan nama yang pernah dielu-elukan Bobotoh di awal tahun 2000-an.
Meskipun tak pernah bermain memperkuat klub dari luar negeri, nama Zaenal Arief lebih dikenal dibanding Yandi karena kegemilangannya dalam bermain sepak bola. Zaenal Arief menjadi mesin gol bagi klub yang dibelanya. Mulai dari Persib Bandung, Persita Tangerang, Persisam Samarinda hingga Persikabo dan Persepam Madura.
Lesatan gol-gol cantiknya juga menempatkan Zaenal Arief sebagai 20 pemain dengan gol terbanyak bersama Timnas Indonesia sepanjang masa, dengan torehan 12 gol.
Cerita Yandi Sofyan dan Zaenal Arief tersebut, hanyalah satu dari segudang kisah para pemuda asal Cikajang, Garut, yang sukses di dunia sepak bola. Sebab, banyak sekali pesepakbola hebat yang lahir di tanah Cikajang.
Cikajang adalah satu dari 42 kecamatan yang ada di Garut. Lokasinya, berada di wilayah selatan dan jauh dari perkotaan Garut. Sedari dulu, Cikajang terkenal dengan tiga hal. Pertanian, peternakan dan sepak bola.
Terkenal akan sepak bola, karena Cikajang selalu melahirkan talenta hebat pesepakbola, setiap tahunnya. Selain Yandi dan Zaenal Arief, ada lagi nama-nama yang cukup familiar di telinga. Mulai dari Adeng Hudaya, Giman Nurjaman, Nova Zaenal, Johan Juansyah dan masih banyak lagi.
Lantas, apa alasan pemain sepak bola andal dari Garut lahir di tanah Cikajang sejak dulu bahkan sampai saat ini?
Yandi Sofyan berpendapat, bahwa para pemuda di Cikajang, termasuk dirinya, sedari dulu sudah dikenalkan dengan sepak bola. Lapangan yang dekat dengan rumah, ditambah lagi faktor lingkungan yang gila bola, membuat banyak talenta pesepakbola hebat lahir dari Cikajang.
“Karena memang kita setiap hari hanya bermain sepak bola. Pagi, siang, sore, hanya menghabiskan waktu di lapangan sepak bola,” katanya.
Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan. Alasan kuat kenapa banyak pesepakbola asal Cikajang yang sukses di tanah air adalah karena dukungan alam yang memadai.
“Di Cikajang anak-anaknya punya fisik yang kuat, alamnya mendukung sehingga menjadikan mereka tangguh dan bisa bersaing,” kata Helmi.
Sementara Redy Supriadi (24), pesepakbola asal Cikajang yang saat ini bermain untuk klub Liga 3 Roksi FC menyebut, bakat alam mewarisi pemuda Cikajang untuk bermain bola. Faktor pendukungnya, adalah banyaknya lapangan sederhana di tiap kampung, yang bisa dimanfaatkan untuk bermain bola.
“Meskipun jelek, tapi banyak di kampung-kampung. Secara tidak langsung pemain ada bakat alam yang timbul dalam dirinya. Kedua, ada turunan karena lingkungannya sepak bola,” kata Redy.
Lingkungan masyarakat yang sangat menggilai sepak bola, memang sudah terbentuk dari dulu. Oded Sutarna, salah seorang mantan pemain dan pelatih Persigar Garut, bercerita. Sepak bola di Cikajang sudah menggelora sejak zaman pra kemerdekaan.
“Sejak dulu, ada saja putra-putra daerah yang suka main bareng orang Belanda, sampai lahir pemain asal Cikajang. Mulai tenar itu sejak tahun 50an. Ada nama-nama karuhun kami, seperti Endang Sasmita, Maman, Mastur Permana dan Ayung Maryun. Di tahun 50an, beliau memperkuat Persigar Garut,” ungkap Oded.
Nama-nama yang disebut Oded itu, tercatat sebagai legenda Persigar Garut. Salah satu yang paling tenar kala itu, adalah Mastur Permana. Sayap cepat andalan Persigar Garut, di medio tahun 1950-an.
Namanya bahkan diabadikan koran Belanda. Dikutip dari koran harian Belanda, de Preanger Bone, yang dilansir delpher.nl, Mastur Permana menjadi salah satu andalan Persigar kala bermain melawan Persib Bandung dalam pertandingan yang digelar di Stadion Sidolig pada tahun 1951.
Sejak saat itu, kata Oded, sepak bola di Cikajang mulai berkembang. Setelah era Mastur Permana, muncul lagi zaman keemasan Cikajang, dipimpin Adeng Hudaya hingga Uut Kuswendi dan Ade Heri. Tren itu kemudian dilanjutkan pemain masa kini, macam Giman Nurjaman, Zaenal Arief hingga Johan Juansyah dan Yandi Sofyan.
“Jadi, salah satu alasan kenapa banyak pesepakbola asal Cikajang, karena ada motivasi dari senior terdahulunya. Anak muda ingin seperti mereka,” katanya.
Para senior sepak bola asal Cikajang, saling bahu membahu membantu adik-adik mereka, untuk bisa manggung di klub profesional. Dari relasi tersebut, membuat para pemain bola muda asal Cikajang tak kesulitan untuk mendapatkan klub profesional.
Saksi bisu suksesnya perjalanan pemain bola asal Cikajang, adalah Stadion Ibrahim Adjie. Lapangan sederhana dengan tribun terbuka yang mengelilingi sisi timur. Stadion ini, diketahui sudah ada sejak 1 Agustus 1962.
Lapangan Ibrahim Adjie ini, melahirkan banyak talenta pesepak bola di Cikajang. Lapangan ini, baru saja direnovasi oleh Pemda Garut beberapa tahun yang lalu. Saat ini, hanya segelintir orang saja yang bisa bermain di lapangan tersebut.
Sumber: Detik.com