Garut – Sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut rawan bencana banjir dan longsor. Sekretariat Daerah Garut pun menerbitkan surat imbauan perihal peringatan dini dan langkah-langkah kesiapsiagaan menghadapi potensi ancaman bencana banjir dan tanah longsor ini.
Sekretaris Daerah Garut, Nurdin Yana menyebutkan, dalam Surat Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat disebutkan, 9 kecamatan di Kabupaten Garut memiliki tingkat potensi banjir yang tinggi.
Ke-9 kecamatan tersebut yakni Banjarwangi, Caringin, Cibalong, Cikajang, Cikelet, Cisompet, Pakenjeng, Pameungpeuk, dan Singajaya.
“Curah hujan tinggi yang diprediksi akan terus turun selama Oktober ini menimbulkan tingkat kerawanan bencana banjir dan longsor tinggi di Garut terutama di 9 kecamatan,” ujar Nurdin, Rabu 12 Oktober 2022.
Nurdin juga menerangkan, seluruh kecamatan di Garut memiliki potensi gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Selain itu ada juga sejumlah kecamatan yang berpotensi dilanda banjir bandang atau aliran bahan rombakan.
Menurut dia, untuk menindaklanjuti potensi bencana tersebut, maka diperlukan upaya pencegahan dan kesiapsiagaan.
Hal ini sangat penting guna meminimalkan dampak dari ancaman banjir dan gerakan tanah atau longsor yang bisa terjadi kapan pun.
Majalengka Sementara, Bupati Majalengka Karna Sobahi menetapkan status siaga bencana di seluruh wilayah Majalengka.
Penetapan status siaga dilakukan dalam kegiatan apel siaga penanggulangan bencana alam yang digelar di Mapolres Majalengka, Rabu 12 Oktober 2022.
Pada apel siaga dilakukan simulasi penanganan bencana alam, mulai dari pendirian posko darurat hingga proses mengevakuasi korban.
Karna memastikan keberpihakan anggaran daerah untuk penanggulangan bencana yang dialokasikan melalui BPBD melalui biaya tidak terduga (BTT).
Dana BTT ini sebagian telah terpakai untuk penanganan Covid-19 dan pembiayaan lain. Namun, Bupati memastikan ketika terjadi bencana, anggaran tetap tersedia sesuai kebutuhan.
Kepala BPBD Kabupaten Majalengka Iskandar Hadi mengatakan, berdasarkan data selama tahun 2022 sudah terjadi 159 kasus bencana alam yang didominasi cuaca ekstrem, longsor dan banjir yang di antaranya berdampak pada kerusakan rumah.
“Bencana yang terjadi selama ini masuk bencana dalam skala intensitas rendah, namun demikian seluruh unsur terkait perlu mengantisipasinya,” kata Iskandar. (Tati Purnawati, Aep Hendy S)***
Sumber: Pikiran Rakyat